berapa langkah kamu sehari?

Rencana adalah semacam peta kehidupan. Barangsiapa tak punya rencana, ia akan lebih mudah tersesat dibandingkan orang yang punya rencana. Meskipun ada iklan yang bilang kalau ‘lebih baik tersesat daripada nanya’, namun tersesat tetap saja tidak enak didengar, apalagi kalau kamu sudah dua puluh tahun ke atas dan seorang calon sarjana.

Waktu kecil saya pernah bertanaya kepada Mama tentang berapa banyak langkah yang ia lakukan setiap harinya. Pertanyaan itu muncul ketika Saya sedang berada di rumah Nenek dan mengajak Mama pulang ke rumah, namun Mama tak juga membawa Saya pulang, karena sibuk mondar-mandir menyapu dan membersihkan perabotan di rumah Nenek. Mama memang suka meluangkan waktu untuk membersihkan rumah Mamanya. Katanya, merawat rumah Mama, adalah cara merawat ingatan.

Ketika kebosanan memuncak dan Saya mengambil ancang-ancang untuk menangis, Mama akhirnya duduk di samping Saya dan memulai pembicaraan.

“Mesin jahitnya nenek sudah lama tidak diminyaki. Nanti ingatkan Mama beli minyak kalau kesini lagi yah.” Ia seolah bicara dengan diri sendiri.

Saya tidak menimpali. Melihat kekesalan saya, ia akhirnya malanjutkan kata-katanya

“Viny sekarang umur berapa?”

“Sembilan tahun.”  Saya menjawab ketus

“kalau Mama tidak salah ingat, Viny bisa jalan mulai umur sebelas bulan. Berarti kita anggap saja viny sudah bisa jalan selama delapan tahun”.

“Ia delapan tahun.” Saya mulai antusias terhadap tanggapan Mama tentang pertanyaan yang Saya kira tidak Ia hiraukan.  

“anggap saja sehari viny biasa jalan sebanyak 500 langkah. Coba dikalikan delapan tahun”

“Wih banyak Ma. Mama berarti 500 dikali tiga puluh delapan. Lebih banyak lagi!”

“nah. Anggap saja selama delapan tahun viny sudah melangkah sebanyak tiga miliar langkah. Kalau tidak belok-belok, viny sudah sampai dimana?”

“Di Surabaya Ma?”

“haha. Bisa jadi. Tapi kenapa di Surabaya?”

“Karena ada lagunya. Hahaha.”

Kejengkelan Saya yang tadinya hampir pecah menjadi air mata sudah mulai saya lupakan. Mama Saya memang seorang penyihir. Ia mudah membolak-balikkan perasaan anak-anaknya.

Merasa sangat tertarik dengan pembicaraan bersama Mama, saya melanjutkan pertanyaan saya.

“kalau Viny tiga ratus miliar langkah, mama berarti tiga ratus triliun langkah. Mama kalau jalan lurus tidak belok-belok sudah sampai di mana?”

“Di Mekah mungkin. Tapi tidak sempat naik haji karena kalau orang naik haji harus jalan putar-putar. Tidak boleh lurus-lurus jalannya.”

“hahahahaha. Tapi kenapa tidak ke Mekah saja? kenapa masih di rumah nenek?”

Pertanyaan saya yang satu ini membuat Mama tidak langsung menjawab. Ia berhenti beberapa saat untuk berpikir kemudian menjawab

“Mama atau Viny bisa jalan lurus-lurus terus dan tidak tahu ada di mana sekarang kalau itu yang kita lakukan. Tapi karena kita jalannya belok-belok dan mondar-mandir, makannya kita ada di sini sekarang”

“tapi kenapa tidak jalan lurus-lurus saja?”

“Coba bayangkan kalau semua orang langkahnya lurus-lurus saja, siapa yang mau bangun rumah? siapa mau bikin es tong-tong? Siapa yang jualan bakso di pasar jajan?. Semua orang hanya akan melangkah lurus tanpa membuat satu apapun yang akan tetap tinggal.”

“tapi bisa menanam pohoh, tinggal makan mangga, buang biji, terus tumbuh pohon mangga.”

“pohon tidak perlu ditanam, kalau manusia jalannya lurus-lurus Viny, kan tidak akan ada yang tinggal untuk menebang pohon”

“Ia sih.” Aku mulai menyerah membantah pendapat mama.

“kita punya yang namanya kehendak. Kehendak yang membawa kita ada di rumah nenek sekarang dan bukan di Mekah atau di Surabaya.”

“Kehendak itu apa ma?”

“semacam dorongan untuk membuat sesuatu yang menyenangkan”

“berarti mama senang di rumah Nenek? Lebih senang daripada ke Mekah?”

“Mama lebih senang di rumah nenek, bolak-balik membersihkan dan membuat nenek senang, daripada jalan lurus ke Mekah, sudah capek, tidak naik haji dan Nenek juga tidak senang karena tidak punya teman.”

“Viny kalau ke Surabaya mau ajak Puput, jadi ada temannya”

“Puput juga punya kehendak sendiri. Siapa tau dia maunya ke Bandung, kan Viny jadinya sendiri?”

“tidak enak.”

“Itulah kenapa kita disini. Lebih baik di satu tempat tapi langkahnya jelas buat apa, daripada jauh-jauh melangkah tapi tidak tau mau buat apa.”

“kalau Viny ke Surabaya nanti Viny jual es tong-tong”

Seolah tak mendengar jawabanku, mama melanjutkan kata-katanya

“Mama di rumah nenek biar tetap merasa jadi anak-anak. Karena berapapun umur Mama, Nenek akan tetap melhiat mama sebagai anak-anak. Mama suka jadi anak-anak.”

“Viny suka jadi orang dewasa. Bisa pergi ke Toko sendirian.”

“hahaha. Kepala batu!. Ayo pulang.”

Mama mengakhiri perbincangan kami dengan jawaban yang sangat memuaskan. Hingga hari ini, Mama  tetap membersihkan rumah Nenek meskipun Nenek sudah tinggal bersama kami. Ia tetap melangkah mondar-mandir di kehendak dan ingatannya.

Sementara Saya, berada di Makassar dan merasa sulit menjelaskan kehendak kepada Mama. Jangankan menjelaskan kehendak, mengetahui apa kehendak Saya juga Saya tidak berhasil. Mama memang benar, berjalan lebih jauh tidak serta merta membuat rencana kita menjadi lebih besar. 


Artefak Masa Depan

Sera menepuk-nepuk pipinya mengunakan kedua tangan. Udara mencapai minus delapan derajat. Menurut ramalan cuaca, suhu ini masih akan tetap bertahan hingga dua tahun kedepan, dan selanjutnya akan ada musim panas disertai angin kencang yang bertiup dari utara. Ia membacanya dari komputer umum milik desa.

Bulan maret akan segera berakhir. Tahun ini, pemerintah dunia akan menetapkan kebijakan untuk
menambahkan satu bulan lagi dalam jumlah bulan per tahun. Total satu tahun akan menjadi lima belas bulan. Kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah dunia untuk menanggapi perhitungan waktu yang kian meleset setiap tahunnya, diakibatkan rotasi bumi yang semakin melambat karena semakin jauh dari matahari.

Tahun 2978 menjadi tahun tersulit bagi Sera. Di ulang tahunnya yang ke 16, ia harus me-reschedule perayaan ulang tahunnya karena mesti mengurus perpindahan tangal lahir. Pemerintah mewajibkan setiap orang menghitung kembali kepastian hari lahir mereka dengan rumus yang telah diberikan sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut harus diberikan kepada petugas kehidupan umum untuk didata kembali. Kebijakan yang aneh menurut Sera.

Sera meraih kemiri hangat yang baru saja diletakkan Ibunya di meja. Setiap kali ia meminum kemiri hangat, ia selalu ingat akan dongeng yang diceritakan neneknya. Konon, orang-orang tidak meminum kemiri hangat. Zaman dahulu ada banyak biji-bijian atau dedaunan yang dapat dijadikan minuman. Ada yang bernama coklat, kopi, teh, apel, pear dan banyak nama lainnya yang ia temukan dalam buku sejarah bumi. Ia ingin sekali mencicipi nama-nama yang disebutkan neneknya dalam dongeng. Namun apa daya, yang bisa tumbuh hari ini, setelah bencana radiasi terjadi di bumi, hanyalah kemiri.

Tiba-tiba lamunan Sera buyar karena mendengar keramaian di luar rumah. Bunyi langkah yang bersumber dari banyak orang membuatnya beranjak dari depan tungku dan menuju jendela. Dari balik tirai, ia melihat orang-orang menuju komputer desa. Jika sudah begitu, maka pasti ada sesuatu yang penting di sana.

 Bergegas Sera keluar dari rumah. Ia berlari kecil sambil memakai sarung tangan hadiah dari paman Zayan. Dengan gesit ia melewati beberapa orang sebelum menyiku lengan Celo, teman sekelasnya.

 “kamu tau ini kenapa?” tanya Sera sambil menunjuk kerumuman orang di depan komputer desa.  
“Kata Ayah ada penemuan artefak baru. Dari tahun 2016” 
“wiiiihhhh pasti Skradabal” 
“skradabal?” 
“itu istilah asik tahun 2394. Gak baca artefak dua minggu lalu sih. Gak skradabal ah!” 
“haha. Yang penting gaul, Sering ke lapangan! Emangnya kamu baca artefak melulu!” “hahaha.....sssssstttttt. Jangan ribut ah. “

Akhirnya mereka sampai di depan komputer desa. Sera mengamati apa yang tertulis di komputer di depannya. Komputer dengan tinggi setengah meter dan lebar layar satu meter ini adalah komputer pembagian dari pemerintah kepada setiap desa di dunia.

Setelah bencana radiasi tahun 2838, manusia sepakat untuk menjadikan seluruh dunia menjadi satu pemerintahan yang secara langsung membawahi puluhan juta desa. Bencana radiasi tahun 2838 menjadi awal baru bagi dunia untuk menata kehidupan.

Bencana yang menelan korban tiga per empat penghuni bumi baik manusia, hewan atau tumbuhan juga menyisakan pilu bagi generasi bumi selanjutnya karena hilangnya data dunia secara keseluruhan akibat kegagalan jaringan saat bencana radiasi.

Oleh sebab itu, pemerintah membentuk agen peneliti untuk mencari apa saja yang mungkin masih tersisa dari jaringan terdahulu untuk menjadi data awal agar bisa memperbaiki dunia hari ini. Penemuan data tersebutlah yang dimaksud dengan artefak. Penemuan artefak oleh agen ini akan dibagikan ke seluruh desa di dunia.

Kali ini yang ditemukan adalah artefak dari tahun 2016. Ini artefak paling tua yang ditemukan sejauh ini. Sera sangat senang mengetahui hal tersebut. Setelah menunggu kurang lebih lima menit untuk memastikan seluruh warga desa telah berkumpul, akhirnya mereka mulai membaca artefak bersama-sama. artefak tersebut berisikan:  

22 Januari, 2016

 Pukul empat pagi dan mata saya tak bisa lepas dari layar telepon genggam. 

Semenjak punya telepon genggam, saya memang suka pura-pura insomnia. Seolah-olah tak bisa tidur padahal tak bisa membiarkan telepon genggam saya menganggur terlalu lama. 

Kebiasaan ini hinggap di diri saya sejak kelas dua sekolah menengah pertama. Dengan memegang telepon genggm, saya yang ada di rumah bisa tiba-tiba juga berada di kamar Sheila, sahabat saya sewaktu SMP, atau juga di rumah Yayu, yang juga sahabat saya. 

Saat itu Saya menjadi orang yang sibuk. Berada di rumah sendiri, sekaligus di rumah Sheila dan Yayu. Di rumah Sheila, saya hadir dengan kode yang ada di layar telepon genggamnya. Begitu pula di rumah Yayu. Sheila dan Yayu juga hadir di rumahku dengan kode mereka yang ada di layar telepon genggamku. Kami bertiga seolah menjadi planet yang membuat galaksi kami sendiri dan tak membiarkan satu orangpun mengurangi jatah orbit kami.

 Itu dulu, saat telepon genggam hanya menjadi alat penghubung satu sama lain. Hari ini, telepon genggam menjelma menjadi sesuatu yang sangat cerdas. Telepon genggam menyerap kekuatan alam raya dan menjadikannnya sebagai layar kemana saja. Jika saat SMP saya hanya bisa ke rumah Yayu atau ke rumah Sheila, sekarang saya sudah bisa ke Rumania, Zimbabue, Uzbekistan atau Polandia. Sesekali saya juga mengunjungi pantai aparalang, danau tempe, kebun teh malino, atau hal lainnya yang sering dikunjungi orang-orang seperti Cafe atau Mall. 

Dengan layar kemana saja, saya bahkan tak usah menentukan kemana tujuan saya akan pergi. Saya cukup memandanginya dan menekan beberapa tombol yang akan memberikan saya suguhan tempat di manapun atau apapun yang sedang digandrungi banyak orang. Saya bisa keliling dunia tanpa harus berpindah tempat. 

Hari ini telepon genggam bukan hanya menghubungkan saya dengan orang yang saya tuju, tapi menjadi tujuan Saya. Saya tak mau melewatkan apapun yang disajikan oleh layar kemana saja. Saya bisa tiba-tiba berada di ruang artis tempat Syahrini maju mundur cantik atau di belakang mobil putih tempat polisi dengan senapan panjang berjaga-jaga menyergap pelaku bom sarinah.

 Awalnya saya merasa senang bisa berada di mana saja. Namun saat ini, ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya tetap tak bisa lepas dari genggaman layar kemana saja. Sesekali mata saya akn meliriknya untuk diminta dibawa kemana saja. Saya tak lagi menggenggam telepon. Kini Saya di genggaman telepon. Saya merasa berada di mana saja sekaligus tidak dimana-mana. 
  
Sera berhenti membaca artefak sampai disitu dan memilih untuk tak meneruskannya. Ia melangkahkan kaki dan memutuskn pulang ke rumah. Sejak bisa membaca hingga kini, Ia sudah membaca ratusan artefak yang menggambarkan tentang ketidakberdayaan nenek moyangnya dulu dalam menghadapi teknologi. Bahkn artefak paling tua yang ia baca hari ini juga menuliskan hal yang sama. hal itu membuatnya menjadi gadi pembenci. Ia benci menjadi dirinya hari ini. Generasi yang tinggal di bumi yang rusak karena kekonyolan nenek moyang yang tak bisa menahan diri, generasi yang menerima hukuman tanpa harus berbuat salah. Ia benci tak bisa pergi kemana saja seperti nenek moyangnya. Ia benci tak bisa berada di sini sekaligus di sana. Ia benci ingin merasakan apa yang dirasakan nenekmoyangnya dulu.

 Ia benci hidup di zaman ini, yang hanya bisa minum kemiri.

bintang utara

Pelaut tak pernah benar-benar meninggalkan darat
Ombak, angin, kompas, serta hatinya akan selalu membawanya ke darat, tempat dimana rasa ingin pulang terbayarkan

Jika kehilangan arah, carilah bintang utara
Jika kau tak menemukannya, maka cobalah cari kembali
Lihat saja!
Jangan takut menoleh ke barat, selatan atau ke timur sekalian
Dimanapun kau menemukannya, namanya tetap bintang utara

Dan engkau yang menunggu pelaut menepi, titiplah kejelasan pada bintang utara
Biarlah ia menghapus segala cemas ulah kembara
Lalu sekali lagi biarkan penerimaan bekerja seikhlasnya

Tapi siapkah engkau mengalaminya?

aku takut lulus

Lama tak berbagi tulisan di blog ini. Kiranya, selama itu pula keinginanku untuk berbagi tetap ada namun aku bingung akan membagi apa. Berbagi tulisan tidak seperti berbagi kue dengan adikmu. Berbagi kue artinya kau memberikan sebagian dari yang kau punya kemudian kau akan kehilangannya. Berbeda dengan kue, membagi tulisan akan membuat hal yang kau bagikan di dalamnya semakin utuh karena pembaca akan merekamnya di dalam kepala masing-masing.

Hari ini aku berusia 22 tahun tiga bulan tiga belas hari. Saat ini aku duduk di ruang baca katakerja. Mengenakan kaos hitam berwarna hitam dengan tulisan Fisip dan kolor kotak-kotak. Banyak buku di sini. Ada yang ditaruh di rak, disusun di atas meja, dan ada pula yang dijadikan bantal oleh teman-teman yang memilih tiduran di lantai ruang baca. Ada juga Buku-buku yang digantung melayang tepat berada di arah pukul dua belas. Di samping kananku, ada satu gelas berisikan tanah yang olehnya ditanam bunga lidah mertua. Begitu mamaku menamakan bunga tersebut. Jenis bunga ini semacam lidah buaya namun dengan permukaan yang lebih keras. Kata mama, dimana-mana lidah buaya akan selalu lemah lembut. Berbeda dengan lidah mertua yang keras dan kaku. Mama memang terkadang suka menamakan benda berdasarkan pengalaman yang ia alami.

Sore tadi, tepat di kursi yang sama aku menulis tulisan ini, aku menerima telepon dari mama. Ia  mengawali pembicaraan dengan menceritakan kerinduannya pada ita, adiknya yang meninggal saat khotbah idul fitri berkumandang.

“mama di rumah nenek vin”
“ngapain?”
“ziarah”
“ziarah?”
“ia. Ziarah ke kuburan Cuma dapat tulang. Kalau di sini dapat kenangan”
“mama sehat?”
“bagimana skripsi? Sudah sampai mana?”
“sampai di tahap yang kurang bisa dijelaskan. Mama kenal viny toh? Kalau sudah janji desember yah pasti diusahakan desember” (kuucapkan ini dengan nada agak tinggi)
“mama Cuma Tanya. Toh mama Cuma bisa kasih uang. Daya dan tenaga untuk kasih selesai skripsi kan punyamu”

Kami diam lebih dari sepuluh detik, kemudian mama melanjutkan percakapan

“mama tidak tau hidup sampai kapan. Kau akan hidup di zamanmu nak. Mama tidak bisa awasi satu kali dua puluh empat jam. Mama hanya bisa percaya. Sisanya urusanmu”

*percakapan di atas sebenarnya berbahasa manado, namaun kutulis menggunakan bahasa Indonesia

Aku kembali diam. Menyesali nadaku yang tinggi di awal pembicaraan. Setelah itu, kami membicarakan hal lainnya. Tentang adikku yang makin besar dan juga ayah yang memanggil-manggil mama untuk pergi ke acara pesta nikahan anak tetangga.

Mama kemudian menutup telepon.

Aku terdiam dan memikirkan kembali perkataan mama. Ia memang selalu begitu. Demokratis yang menampar. Aku tahu tak mudah menjadi dia. Tapi juga sungguh ma, tak mudah menjadi aku. Menjadi aku, artinya menjadi anak mama.menjadi anak mama, artinya Menjadi anak dari seorang ibu yang selalu percaya bahwa anaknya tak akan pernah mengecewakannya.

Aku takut membuatmu kecewa ma. Kau sudah terlalu banyak dikecewakan oleh banyak hal. Oleh mertua yang ternyata tidak terlalu menyukaimu karna kau bukan anak orang kaya, oleh kenyataan bahwa kau harus membiayai biaya kuliahmu sendiri karena saudara lelakimu harus didahulukan untuk berkuliah, oleh politisi yang berjanji akan membuka jalan di lahan perkebunan milik masyarakat yang lama kau perjuangkan namun ternyata hanya ingin mengeruk suara di dapil tempat ia mencalonkan diri, oleh masyarakat yang telah kau perjuangkan haknya namun ternyata membawa suamimu ke dalam penjara dan membuatmu harus bekerja keras membiayai kedua anakmu yang sedang kuliah, juga membeli susu anak terakhirmu yang berusia dua tahun. Oleh Negara yang menuduh suamimu sebagai provokator poltik lalu semena-mena memasuki rumahmu di tengah malam dan menendang suamimu kemudian membawanya pergi dengan mobil patroli seolah ia adalah maling uang Negara sebesar triliunan rupiah.

“bapakmu bukan teroris. Jangan malu. Nelson mandela saja pas keluar penjara bisa jadi presiden kan? Jadi santai saja”.

Itu yang mama ucapkan kepadaku ketika aku mendengar kabar penangkapan bapak. Mama memang sudah siap untuk hal-hal seperti ini. Tidak mudah mengurus lahan pertanian masyarakat di tengah Negara yang suka menjual tanah kepada perusahaan asing. Waktu umur Sembilan tahun, aku pernah ikut mama demo ke kantor polisi. Seingatku, waktu itu mama dan beberapa ibu lainnya yang suaminya pergi menaruh batas perkebunan masyarakat menegaskan kepada polisi bahwa mereka siap jadi janda. Waktu itu ada rumor penjualan tanah kepada salah perusahaan tambang. Tanpa ragu, mama mengkordinir teman-teman sesame ibu rumah tangga untuk melakukan demo tersebut. Sementara bapak, bersama kepala rumah tangga yang lain pergi ke area perkebunan dan membuat batas perkebunan.

Aku tahu bapakku tidak akan pernah jadi presiden. Keluarga kami tak hidup di dunia kartun. Nelson mandela hanya upaya mama untuk menjelaskan bahwa tidak semua orang yang dipenjara sepenuhnya salah. Penjara hanya tempat yang diciptakan oleh Negara untuk mengurung hal-hal yang mereka takutkan. Negara takut pada bapakku, itulah sebabnya mereka menuduh ayahku sebagai provokator. Mereka takut kebenaran terlalu lama disuarakan.

Hari ini ayahku tidak lagi di dalam penjara. Namun kau tau, tidak ada yang lebih memenjarakan selain ingatan tentang hal-hal yang melukai kedua orang tuamu. Meskipun aku tahu, mengingat kejahatan tidak lantas membuatmu jadi orang baik.

Apa kau sudah mengerti mengapa sulit menjadi aku?

Mari aku luruskan.

Menjadi mahasiswa perantau bukan perihal mudah. kau bebas memilih jalan hidupmu. Kau bisa pergi ke pusat perbelanjaan menghabiskan uang kiriman lalu ketemu cowok kaya yang bisa membuat hidupmu berlimpah uang, atau kau bisa malas-malasan di kosan sambil nonton drama korea, kau juga bisa menjadi pemanjat tebing, pendaki gunung, tukang foto ataupun berada di antara orang-orang yang mengunyah teori dan melakukan gerakan perlawanan terhadap kebijakan yang dinilai tidak merakyat. Sialnya, aku memilih yang terakhir.

Memilih jalan itu, bukan sekedar menguras tenaga untuk membaca lebih banyak, membuat kulitmu lebih gelap karena aksi jalanan, mengambil jatah tidur malammu dengan merancang strategi regenerasi gerakan dan hal tetek-bengek sok aktivis lainnya, namun juga membuatmu merasa kau tak harus kemana-mana. Dimana-mana tidak ada apa-apa. Semua sama. Orang-orang berjalan tanpa isi kepala, bekerja untuk mengisi perut dan bersenang-senang dengan isi celana.


Aku takut lulus dan menjadi apa yang aku benci. Menjadi apa yang aku benci, artinya menjadi apa yang melukai kedua orang tuaku. Menjadi apa yang melukai mereka adalah bunuh diri dengan membiarkan ragamu tetap bekerja siang dan malam.

ke Entah Berantah
Dia datang saat hujan reda
Semerbak merekah namun sederhana
Dia bertingkah tiada bercela
Siapa kuasa 
Dia menunggu hingga ku jatuh
Terbawa suasana
Dia menghibur saat ku rapuh
Siapa kuasa 
Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya
Dia bagai suara hangat senja
Senandung tanpa kata
Dia mengaburkan gelap rindu
Siapa kuasa 
Dan kawan
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya

kita pernah sepakat bahwa waktu yang paling tidak menyenangkan adalah saat kita bingung. kamu pernah bilang bahwa bingung adalah saat dimana manusia mendapati dua hal berlawanan yang saling berbenturan dan manusia harus memilih salah satu untuk dihancurkan dan meloloskan satu yang lainnya. saat ini, kesepakatan harus kita ubah. bukanlah bingung yang menempati urutan pertama top ten waktu tidak enak. memilih adalah inti penyebab kebingungan. maka seharusnya, memilih lebih layak memegang peringkat pertama.
banda neira mengingatkan kita tentang perjalanan berarah yang tak tau tujuannya kemana. saling mendukung satu sama lain untuk makin jauh teresat dan menyesatkan. 
katamu kamu adalah aku
kataku aku mau pipis.
katamu ayo kita pergi
kataku jangan ajak aku pergi, aku tak bisa menolak
katamu kencangkan sabuk pengaman
kataku tolong taruh tasku di bagasi.
kita berangkat dengan tiket yang dicuri dari kantong santa klaus. meskipun ini belum bulan desember, 
katamu ini adalah masa depan yang telah kita majukan.
aku diam
kamu diam
kita diam lalu kemudian tertawa.
sadar bahwa ini terlalu jauh untuk kembali.
memilih tersesat adalah pilihan bersama yang disetujui semesta. tanda tanya adalah petunjuk satu-satunya. siapa kuasa?

Tuan matahari dan nyonya bumi

malam ini terbuat dari bibir pecah-pecah, kulit kaki terkelupas dan air kosan yang tersendat karena hujan yang gak mau menyapa.

sampai hari ini sih saya belum dapat artikel yang bilang kalau bumi jadi lebih dekat sama matahari. lagian juga ngapain matahari deketin bumi, toh bumi juga gak menarik lagi kayaknya. manusia udah lebih dulu menggerayangi bumi. kalau saya jadi matahari sih, mending saya gak ngedeketin bumi. penghuni bumi kayaknya rese deh.  lagian juga masih banyak tuh planet yang bagus gak banyak dipoles kayak bumi.

tapi ibarat kata anak muda sekarang "perawan memang menarik tapi janda jauh lebih menantang". saya curiga matahari pake jargon ini buat mendekati bumi. meskipun banyak planet di luar angkasa yang belum terjamah, toh matahari tetap melirik bumi yang notabene sudah dipatenkan sepihak oleh manusia sebagai miliknya.

atau bisa jadi, matahari tau kalau misalnya manusia tuh punya batas ketahanan terhadap panas. jadi kalau dia mau merebut bumi dari manusia, otomatis dia harus dekat sama bumi biar manusia perlahan tapi pasti punah dari muka bumi dan tak ada lagi yang menghalangi matahari untuk menyatu dengan bumi.

konon katanya, bumi menjadi olok-olok diantara teman-temannya se-bimasakti.oh ia buat informasi, bima sakti adalah RT tempat bumi tinggal sekomplek sama uranus, satrunus, pluto dll. masih banyak RT lainnya yang bertetangga dengan bima sakti. tapi layaknya korea utara dan korea selatan, RT di jagad raya sangat menjaga privasinnya. apasih

kembali ke cerita bumi menjadi olok-olok tetangganya. katanya sih karena bumi punya penumpang yang tak tahu diri tapi bumi sangat penyayang sehingga tak tega mengusir penumpangnnya ke tempat yang lain. bumi diolok karena pada saat Tuhan menanyakan kesiapan seluaruh planet untuk menampung manusia sebagai "penumpang", tidak ada satupun yang bersedia. sidang umum penentuan tempat tinggal manusia-pun berlangsung alot dan sangat lama hingga akhirnya bumi memberanikan diri untuk menampung manusia. sebelum diturunkan ke bumi, planet-planet yang lain menolak manusia karena mereka telah mengetahui ketentuan bahwa manusia nanti akan melakukan kerusakan di atas tubuh mereka (planet) dan mereka tidak sanggup menerima itu. hanya bumi yang berkata siap.

karena ketabahan hatinya itulah, ia menjadi bahan cibiran di RT. bakhan kabar bahwa organnya (tanah, air, dsb) diperjual belikan di atas tubuhnya sendiri sangat menjadi kecaman bagi dirinya. planet lain yang merasa kasihan pada bumi nampaknya akan mengajukan tuntutan kepada penumpang (manusia) ke pengadilan Tinggi semesta. planet lain merindukan bumi yang ceria. bumi yang merdeka tanpa penumpang yang tak punya sopan.

mungkin ketabahan hatilah juga yang membuat bumi menjadi menarik di mata matahari. dengan mendekati bumi, matahari tak perlu menunggu kesepakatan forum RT bima sakti untuk ke pengadilan Tinggi semesta, tapi dengan kekuatan ultravioletnya, ia bisa membebaskan bumi dari penumpang yang tak tau balas budi.

dan asal tau saja, niatan matahari akan segera berhasil nampaknya. matahari terasa makin dekat dengan bumi. manusia perlahan mulai terpanggang. duhai tuan matahari, kami tahu engkau sedang jatuh cinta. tapi sungguh tak enak mati dalam keadaan kulit kering dan bibir pecah-pecah. kasihanilah kami yang masih saling mengingatkan untuk menjadi penumpang yang hormat terhadap bumi. sesungguhnya teori untuk menyayangi bumi sudah lama ditemukan oleh umat kami. tapi begitulah, banyak dari kami yang sibuk mengurusi masalah jabatan, tato, rokok, wanita, harta dan sebagainya hingga lupa berterimakasih pada bumi untuk kebaikan hatinya menampung kami.

maaf tuan matahari. saya juga sekarang sedang makan kuaci bunga matahari. rasanya enak. kalau mau, nangti saya kirim pake JNE. mohon pengertiannya. terimakasih :3

surat dari posko KKN

ini adalah kalimat keenam yang kutulis untuk memulai cerita ini dan berhasil tak kuhapus. lama tak menulis membuat persendian otakku menjadi malu-malu mengirimkan signal ke jari tangan. ku harap kau tak mati kehabisan sabar menunggu surat balasanku.

seperti yang kau bilang, setiap orang butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. manusia butuh mengenal diri sendiri sebelum memperkenalkan diri dan mencoba mengenal orang lain. jujur saja, bukan hanya sekali kau datang dan bercerita bahwa kau menyesal telah bercerita banyak hal pada orang yang baru engkau kenal. aku paham, mungkin kau pikir tak akan bertemu lagi dengannya. Seperti biasanya, alam selalu berencana untuk menjebakmu. kau masuk dalam perangkap informasi yang terlalu banyak diketahui oleh orang baru. SELAMAT!!

kali ini aku datang untuk menceritakan seorang teman yang baru aku kenal di tempat KKN. taukah kau apa itu KKN? konon katanya, KKN adalah jenis hukuman yang diberlakukan pada zaman penjajahan Jepang. Dulu, jika ada pelajar yang membangkang di sekolah, maka akan diasingkan ke tempat tertentu bersama beberapa orang yang tak ia kenal. pemerintah Jepang sangat tahu bahwa hal yang paling menyakitkan bagi pelajar bukanlah pukulan mistar atau sundulan besi panas di lengan kiri melainkan rasa bosan yang mendalam. pelajar yang membangkang akan diberi hukuman KKN untuk mengungkung kreatifitas dan membuat jiwa pelajar menjadi kosong. bukankah sakit yang dalam tak dirasakan oleh tubuh melainkan oleh jiwa?

hari ini aku sakit jiwa. berada di tempat KKN dan mulai menjadi kosong. tapi tentu saja, ini bukan KKN ala jepang. Ini adalah KKN ala Universitas yang sengaja dibuat untuk menghabiskan anggaran Negara. ribuan pelajar ditempatkan di daerah-daerah tertentu selama dua bulan dengan dalil melakukan pengabdian kepada masyarakat. Namun nyatanya, pelajar yang dikirim tersebut tak lebih dari agen rahasia alien untuk membuat bumi menjadi lebih hancur di seluruh bagian. pelajar yang dikirim ke tempat terpencil tersebut tak lebih dari agen penambah jumlah limbah rumah tangga yang tak bisa terurai. satu contoh misalnya. di keseharian mereka, masyarakat tidak biasa menggunakan tissue setelah makan. itu artinya, banyak pohon tak ditebang untuk hal yang masih bisa dilakukan oleh tangan dan kain. tapi ketika mahasiswa datang dan memperkenalkan penggunaan tissue, jumlah pohon yang ditebang untuk makan dan buang air besar menjadi lebih banyak. lelucon apa ini?

jika kamu merasa paragraf di atas tidak nyambung, itu artinya aku sudah benar-benar gila. 

sebelum makin banyak hal yang ku ingat dan ikut serta di sini, aku akan fokus saja ke teman yang ingin kuceritakan ini. namanya meli. aku baru saja mengenalnya di tempat pengasingan ini. dan seperti yang kau duga, aku memberikan informasi terlalu banyak kepada dirinya. mungkin setelah pengasingan ini aku akan merubah data diri beserta beberapa perubahan karakter yang biasa dilakukan oleh pemain film action.

ibarat pepatah siapa yang menanam maka ia yang akan menuai, informasi yang terlalu banyak kuberikan padanya ternyata membuahkan hasil maksimal. ia memberikanku informasi yang lebih banyak lagi tentang dirinya, terutama tentang hal terlarang yang selalu menjadi momok menakutkan pada saat KKN : CINTA LOKASI

kau tahu, tak ada yang lebih tabah daripada orang yang jatuh cinta diam-diam. banyak hal rumit menjadi sederhana bagi mereka. rasa syukur contohnya. di antara kami yang mulai merasa kosong di setiap harinya, ada meli yang selalu merasa penuh di dalam hatinya. melihat orang yang ia cintai menjemur pakaian bisa membuatnya senyum hingga belasan kali. tak heran jika meli tak pernah mengeluh untuk pulang seperti halnya kami.

akupun yakin kau juga tahu ini. bahwa tak ada yang lebih sakit dibandingkan orang yang jatuh cinta diam-diam. banyak hal sederhana juga bisa menjadi rumit baginya. melihat orang yang ia cintai tertawa bersama orang lain bisa membuatnya sedih berhari-hari.

tak ada orang yang lebih rumit daripada orang yang jatuh cinta diam-diam.

huh.

sebagai teman baru meli, aku hanya berharap yang dirasakan meli itu bukanlah cinta melainkan kebiasaan. semoga meli cepat sembuh mengingat pengasingan akan segera berakhir. akan menjadi sulit bagi meli jika yang ia rasakan benar adalah cinta.

semoga setelah pengasingan, meli amnesia. amin


PAGI HARI DI RUMAH DEKAT PANTAI
     TERTANDA

PRESIDEN KELINCI

 

Presiden Kelinci © 2012 | Muda, Bermutu dan Selera Semua Umat
Redesigned by @sleepingpasa