apa kabar awan?

apa kabar awan?
apa kabar kawan?
apa kabar lawan?
apa kalian masih menawan?

aku lelah menjadi tawanan.
mari kita keluar dari zona an-an yang tidak mengesankan.
kita mulai saja dari hati ke hati. meskipun aku tak yakin kalian punya hati, akan ku pinjamkan hatiku sejenak agar kita sama-sama merasa. merasa akan perasaan yang makin lama makin tumbuh dan berakar.

apa kau rasakan itu?
coba replay kembali bagian tadi pagi. bagian dimana kita saling tersenyum dengan mata merah kita. dimana kita saling menghangatkan sementara kita sendiri menggigil kedinginan.
apa kau sempat mengintip itu awan?

penghuni baru

selagi masih muda, masih ngekost dan masih belum punya anak, gue selalu ngerasa kesepian tiap kali pulang ke haribaan kosan yang mulia. ketika gue buka pintu dan hanyalah kehampaan yang gue dapat dari dalam kamar kosan yang hawa panasnya makin membara ketika gue masukkan kaki kanan terlebih dahulu. bukan karena kamar gue horor, tapi karena guelah satu-satunya makhluk bernafas yang ada di kamar kosan gue. gue merasa sendiri, gue merasa dikucilkan oleh semesta ketika berada di ruangan 3x4 meter itu. gue ngerasa gak berguna bagi kehidupan makhluk lain. gue ngerasaaa... stop. ini jijik vin.

pada akhirnya gue memutuskan untuk memelihara binatang yang kira-kira biayangya kecil, pupnya kecil, sama perhatian yang dia minta juga gak banyak2 amat. cicak masuk kategori sih,tapi kalo lagi tidur terus diee'in, baunya juga gak main-main. nyamuk apa lagi. nyamuk malah gak usah beli. modal baju kotor aja sama tidur gak usah pake selimut mah nyamuknya bakal hidup sejahtera. tapi kalo melihara nyamuk, nyamuknya bakalan sehat, guenya yang jadi keos.

hingga tibalah suatu hari yang telah tertulis di kitab yang ada di langit. dimana hari itu gue bakal ketemu sama tiga makhluk lucu yang gue kasih nama cici,mimi, sama pipi. kenapa gue kasih nama cici? karena aurel terlalu mainstream.

makhluk beruntung tersebut adalah ikan. gue milih ikan karena ikan bisa dimakan ketika gue laper dan gak ada duit. hal ini manusiawi bagi anak kosan. bayangin aja gue melihara hamster. masa gue makan hamster? beruntung banget hmsternya gue makan. ihhh

ini dia nih tiga ekor pelipur lara. doain umur panjang yah, terus banyak rezeki. gue sih gak tahu yang mana cowoknya yang mana ceweknya. semoga aja salah satu dari mereka nanti ada yang hamil. dan yang ngehamilin itu adalah ikan yang bertanggung jawab. amin.

subuh

karbondioksida dimana-mana. asap mengepul dengan bangga dalam remang-remang kamar yang tak sebesar musholah sekolah dulu. aku yang tidur tengkurap menghadap ke arah timur sesekali menghadap ke kanan sambil menanggapi guyonan yang makin malam makin absurd.

bungkus rokok dibagian kanan seolah melambai-lambai kearah para cowok yang mengelilingiku. ah, tulisan kali ini agak redup. redup seiring dengan sayup-sayup azan yang menegur laptop untuk menghentikan nyanyian sang sheila on 7.

mari tidur sebelum ditiduri. tuh kan absurd.

cafe ogi

bulir air di plastik pembungkus milo dingin kian dekat mendekati meja yang terbuat dari kayu. kelihatannya si meja ini sudah berumur lebih dari dua tahun.
si gendut berkaca mata dengan lambang himpunan teknik di lengan kanannya duduk tepat dibelakang orang didepanku. tak henti-henti ia membasahi bibirnya sembari mengungkapkan beberapa kata yang kemudian membuat teman di depannya tertawa terpingkal-pingkal.
tak jauh darinya ada pohon semi bambu. semacam bambu tapi tak serupa dengan bambu. daunny sama, batangnya juga, namun berukuran mini. aku tak tahu apa namanya, aku lebih suka menyebutnya pohon semi bambu dibandingkan harus bertanya ke orang-orang pendahulu cafe ogi tentang nama pohon tersebut.

jarakku saat ini tiga meter dari gerbang masuk ke cafe. tak kukatakan pintu karena aku tak menemukan daun pintu disana. dengan setengah gelas milo, kucoba untuk menyelesaikan tulisan kali ini. tulisan dengan sekeliling yang bising. bising yang menyenangkan. bising yang menenangkan.

 

Presiden Kelinci © 2012 | Muda, Bermutu dan Selera Semua Umat
Redesigned by @sleepingpasa