seminggu terakhir gue lewati dengan nafas berada di ujung kerongkongan. keringat demi keringat tercurah dari tubuh mungil ini demi mencari sebongkah rejeki untuk makan pizza tiap hari.
mulai dari menjadi wanita penghibur sampai dengan menjual segala sesuatu yang bisa dijual, gue mencoba bertahan diantara para gadis modis lainnya.
tuntutan untuk tetap modis dan cacing di perut yang tak mau kalah dengan cacing di perut orang lain, mungkin cacing di perut gue memiliki alat komunikasi antarpribadi yang memungkinkan mereka berkomunikasi dari perut gue ke cacing di perut orang lain. dalam komunikasi mereka tersebut, biasanya mereka saling menanyakan apa yang dikonsumsi oleh majikan ilegal mereka. dan seperti halnya manusia, gengsi adalah satu hal utama yang sangat dijunjung tinggi oleh para cacing. jenis makanan yang dimakan oleh tuan mereka menentuka strata sosial mereka.
mungkin karena itulah kalo gue jajan di pinggir jalan, kadang perut gue suka mules senidri. mungkin cacing yang ada di perut gue dulunya adalah bangsawan namun dia harus memutuskan untuk pergi dari situ karena dia terlanjur kenal dan jatuh cinta terhadap satu cacaing yang ada di perut gue. mereka kenal lewat facebook atau twitter, atau mungkin salah pencet nomor. entahlah. gue juga gak tau.
tapi harusnya kalau dia sudah memutuskan untuk meninggalkan perut lama, dia harus menerima perut gue apa adanya. tapi nampaknya dia sangat susah beradaptasi hingga efeknya ke perut guepun agak dramatis.
ya, karena modal usaha yang cukup besar, akhirnya gue harus rela makan seadanya. namun ternyata cacing tidak terima dan kemudian melakukan pemberontakan secara terus menerus.
hal ini membuat gue memikirkan satu hal yang mungkin terlalu sinetron. gue berpikir bahwa seandainya undang-undang membolehkan gue menikah dengan duit, pasti gue gak akan seperti ini. pasti cacing gak akan pernah protes. pasti gue gak perlu pusing-pusing jadi wanita pengfhibur. ketika geu dan duit menjadi satu dalam ikatan yang sakral, gue akan berjalan beringan dengan duit. kami akan saling melengkapi satu sama lain. oh indahnyaaa...
namun semua itu hanya m,impi belaka. gue kemudian sadar bahwa duit gak bisa senyum. duit gak punya facebook, duit gak punya alat kelamin, dan satu lagi, duit gak punya hati.
perkara keikhlasan.
5 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar