Minggu, 3 maret 2013 di seputaran gedung kesenian yang bau
air seni
Dear sumiku yang entah siapa. Tulisan kali ini kudedikasikan
untukmu yang kutulis diantara para laki-laki yang menguap bersama asap rokok mereka. Diantara
ratusan motor yang terperkir berjejeran bersama cacing tanah yang makin silau
dengan terangnya lampu mercuri.
Mungkin kamu akan bertanya nanti apakah aku pernah bersama
laki-laki di jam selarut ini, dan jawabanku akan kuurai di tulisan kali ini.
Wahai suamiku yang nantinya untukmu aku mengabdi sejak
terbitnya matahari sampai terbenam mata sumai yang tidak lain adalah kau, taukah
kamu mengapa ikan begitu nyaman dengan air putih dan mabuk ketika berada di air
teh? Aku pernah menelitu tentang hal itu sayang, entah kenapa belakangan aku
begitu tergila-gila dengan mahluk yang berenang itu. Menurutku hidup mereka
begitu mudah. Mereka menganut system all in one. Semuanya air. Mereka bisa
tenang makan di dalam air tanpa harus memikirkan kotoran yang barusaja mereka
buang di air tempat mereka makan. Mereka tidak pernah merasa haus dan dehidrasi
karna tempat mereka tinggal selalu memberikan kesegaran. Mereka tidak perlu
bersusah payah mandi ketika mereka banyak beraktifitas, dan mungkin masih
banyak all in one ikan lainnya yang belum sempat kurenungkan.
Sayang, aku Cuma ingin mejadi air bagimu. Tempat dimana kau
bisa mendapatkan segalanya. Itulah alasan mengapa aku masih lima meter dari
aspal pada jam selarut ini. Ngomong-ngomong, tolong pijit aku dong. Lagi flu
nih.
0 komentar:
Posting Komentar