bulir air di plastik pembungkus milo dingin kian dekat mendekati meja yang terbuat dari kayu. kelihatannya si meja ini sudah berumur lebih dari dua tahun.
si gendut berkaca mata dengan lambang himpunan teknik di lengan kanannya duduk tepat dibelakang orang didepanku. tak henti-henti ia membasahi bibirnya sembari mengungkapkan beberapa kata yang kemudian membuat teman di depannya tertawa terpingkal-pingkal.
tak jauh darinya ada pohon semi bambu. semacam bambu tapi tak serupa dengan bambu. daunny sama, batangnya juga, namun berukuran mini. aku tak tahu apa namanya, aku lebih suka menyebutnya pohon semi bambu dibandingkan harus bertanya ke orang-orang pendahulu cafe ogi tentang nama pohon tersebut.
jarakku saat ini tiga meter dari gerbang masuk ke cafe. tak kukatakan pintu karena aku tak menemukan daun pintu disana. dengan setengah gelas milo, kucoba untuk menyelesaikan tulisan kali ini. tulisan dengan sekeliling yang bising. bising yang menyenangkan. bising yang menenangkan.
perkara keikhlasan.
5 tahun yang lalu
deskripsinya hidup, Viny.
BalasHapus..dan tau tidak, meski bising, hasil riset telah membuktikan bahwa menulis di coffe shop itu bisa meningkatkan kreatifitas. (risetnya bisa dibaca disini : http://www.theatlantic.com/health/archive/2012/06/study-of-the-day-why-crowded-coffee-shops-fire-up-your-creativity/258742/
keep writing, Viny :)