selesai melakukan tugas sebagai wanita penghibur tadi malam, gue kemudian dijemput oleh calon beranak gue. guepun memegang erat pundaknya ketika kami berada di atas dua roda yang mengantar kami ke tempat dimana kami akan melihat penampilan langsung dari empat orang yang membuat kami mengerti bahwa hidup tersudut adalah pilihana begitupun menjadi pejantan atau betina.
selama di perjalan pembahasan tidak berpaling dari empat orang tersebut. seberapa besar mereka memberi pengaruh terhadap kisah kami. ada banyak hal dari mereka yang membuat kami tak bisa mengganti soundtrack kami. keyakinan bahwa akan saling mencintai berapapun berat badan masing-masing nantinya atau memastikan bahwa tiap hujan turun akan selalu ada anugerah terindah di sana, bahkan tentang meyakinkan bapak mertua bahwa anaknya pasti akan dicintai sampai nanti, sampai mati.
roda dua melaju beriringan dengan rasa resah karena malam makin larut dan kami belum juga sampai di tujuan. terlebih kami tidak tahu pasti dimana letak keempat orang tersebut akan melantunkan beberapa mantra yang diiringi nada yang indah.
tibalah kami di suatu jalan yang membuat kami bingung. ternyata alamat yang kami tuju berhadapan dengan salah satu konser band punk. kamipun menepikan roda dua. kami berjalan menyusuri bagian jalan yang disisi-sisinya dipenuhi dengan komunitas punk. guepun mulai ragu dengan alamat ini. teman beranak juga kelihatan bingung dengan mukanya yang khas. sampai di ujung jalan, ternyata benar bahwa alamat yang kami tuju ada di situ, tapi stage sudah kosong.
kamipun saling memandang tanpa berkata-kata tapi masng-masing mengerti apa yang dimaksud. tanpa aba-aba balik kanan kamipin kembali ke arah dimana kami menepikan roda dua yang menjadi saksi bisu semua cerita kami tadi. dia junga mungkin merasakan apa yang kami rasakan. dua orang yang tidak bisa menikmati langsung kemeriahan melompat bersama sang idola yang biasanya hanya bisa didengar melalui mp3.
perjalanan pulangpun tak seceria perjalanan tadi. hanya diam dan seekali mengingatkan agar tidak melanggar lampu merah. sampai akhirnya gue minta maaf karena membuat semua jadi berantakan. dan seperti biasanya, dia selalu punya kata yang menetralisir semuanya. dia cukup bilang "kita ini penikmat". satu kalimat yang membuat gue mengerti bahwa ngefans itu tidak hanya sekedar suka. ngefans itu bukan tentang seberapa sering kita bertemu dengan mereka yang kita suka, tapi seberapa dalam kita menikmati apapun yang disebabkan oleh mereka. aku suka kamu, aku suka sheila on 7.
0 komentar:
Posting Komentar